Setelah setahun menerapkan sistem SRI organik, rupanya Kelompok Bina Alam Sri membawa dampak peningkatan minat dan niat dari petani yang masih menjalankan sistem konvensional. Nilai potensi sawah organik mulai dilirik oleh 37 calon warga belajar baru. “Dengan begitu kami optimis dapat memproduksi hingga 10 hektar lahan sawah organik di tahun ini hingga 2020,” ujar Surat.
Dukungan dari pemerintah tentunya sangat dibutuhkan kelompok dalam menerapkan pertanian organik. Pemerintah perlu mempopulerkan produk organik sebagai upaya peningkatan dan pemasaran produk pertanian organik agar bisa bersaing dengan konvensional meskipun harga yang ditawarkan lebih mahal. “Tentunya hidup yang semakin sehat dan bebas dari kimia perlu digalakkan sehingga turut mendukung program perbaikan gizi dan mencegah gizi buruk. Saat ini justru angka gizi buruk di Kecamatan Kedungtuban tertinggi” ujar Bupati Blora.
Tidak hanya itu, kelompok juga berharap adanya bantuan pengadaan sapi untuk dipelihara bersama dan kemudian diolah kotorannya menjadi pupuk organik. “Semakin luasnya lahan yang diproduksi, kami juga akan semakin membutuhkan bahan-bahan alami untuk keperluan pupuk organik. Maka kami butuh bantuan dari pemerintah setempat. Tahun ini kami sudah diagendakan mendapat mesin chopper untuk mencacah limbah organiknya dari Pertamina” harap Surat.
Gagasan dan terbangunnya kesadaran masyarakat akan pertanian SRI organik tidak terlepas dari peran perusahaan Migas yang ada di wilayah tersebut, PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. Tepatnya proses penggalian potensi sumberdaya masyarakat dan SDA serta penyamaan visi dan misi dimulai sejak 4 Juni 2018 yang dilanjutkan dengan pelatihan pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan (PSRLB) di bulan berikutnya. Pendampingan dan monitoring rutin dilakukan setiap bulannya agar kelompok belajar dan tercapai kualitas pemberdayaannya.
Cepu Government & PR Staff, Intan Anindita Putri, menjelaskan bahwa melalui program PSRLB ini Perusahaan ingin beriringan dengan masyarakat sekitar operasi. “Banyak anggapan pertanian akan sulit hidup di dekat perusahaan migas. Walaupun berdekatan dengan titik sumur pemboran kami (NKT-01TW), anggapan tersebut terpatahkan dengan keberhasilan panen raya kelompok. Secara garis besar program PSRLB ini terbagi menjadi tiga bagian yakni budidaya padi organik (SRI organik), sayuran organik, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (toga),” terangnya.
Hartono, pelaku toga, mengatakan dari beberapa ramuan yang dipelajari terbukti berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit dan membangkitkan stamina. “Kami mulai menanam tanaman-tanaman berkhasiat obat di pekarangan rumah dan mempraktekannya di desa kami sendiri untuk warga kami sendiri dulu,” jelasnya.
Sebanyak 156 orang tercatat pernah berkonsultasi dengan Pak Hartono. Termasuk para pekerja migas di lapangan yang berdekatan dengan Desa Bajo. Melalui wawancara terungkap bahwa keluhan penyakit terbanyak adalah vertigo dan tanaman yang paling mujarab untuk penyakit tersebut adalah bunga kitolod. “Banyak yang belum mengetahui kegunaan tanaman tersebut maka dari itu kami berterima kasih kepada Pertamina yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada kami, “ terangnya.
Afwan Daroni selaku Cepu Field Manager berharap pemanfaatan kearifan lokal terus dijalankan untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. “Saya mengapresiasi kegigihan dan keberhasilan kelompok dalam meningkatkan produktivitas padi di Kabupaten Blora. Perusahaan akan terus mendukung setahun ke depan untuk penguatan pemberdayaan yang holistik dan terus menyebar manfaat yang besar bagi masyarakat. Kami juga ucapkan terima kasih kepada pemerintah Desa Bajo dan Kecamatan Kedungtuban yang telah bersinergi dari awal dalam perencanaan program ini,” tutup Afwan mengakhiri wawancara. (***)